CAKSYARIF.MY.ID – Buku Buku Komunis dan Seorang Calon Tukang Tambal Ban di Malang punya kisah unik tersendiri. Kadang membakar semangat. Namun juga memilukan.
Pasca Aksi Reformasi aku tidak langsung kembali ke kosan. Ada seorang kawan baru bernama Rendi mengajakku ngopi di tepi jalan.
“Jadi umak dewean di Malang ini, Hibban,” tanya Rendi padaku.
Saat aksi berlangsung, aku sempat kenalan pada Rendi. Dia mahasiswa yang vokal di kampusnya. Selain sering jadi korlap aksi, dia juga sering menulis di bergai koran untuk memberikan opini mengenai berbagai hal di Indonesia ini, khususnya tentang kebijakan publik.
Usia Mas Rendi sudah 25 tahun, yang artinya sembilan tahun lebih tua dari aku. Tapi dia masih tampak seperti kelas 3 SMA. Tubuhnya pendek, tingginya tidak sampai 160 cm, wajahnya bulat, rambutnya dicukur 2 cm seperti para tentara, kulisnya sawo matang. Kemudian, giginya putih bersih dengan gigi kecil di tengah antara dua gigi besar, jalannya selalu cepat seperti ingin kebelet pipis. Mahasiswa sependek ini jadi korlap aksi?, pikirku.
“Iya, aku sendirian, Mas Rendi. Lagi ngekos di Jln. Jombang gang 1, baratnya Masjid Al Mukminin,” terangku sambil berharap Mas Rendi biar sesekali mampir ke kos.
“Oke. Kapan-kapan aku tak mampir ke sana,”
Ngopi saat itu menjadi momen untukku bercerita tantang kehidupanku di Malang. Walau pun usiaku masih 16 tahun, tapi tubuhku cukup kekar. Mas Rendi aja kalah tinggi dan kalah besar dariku.
“Oh, iya. Pamanku punya usaha tambal Ban. Gimana kalau kamu bantu-bantu di sana? Tempatnya dekat dari kosanmu,”
“Di mana itu, Mas?”
“Di Jln. Terusan Surabaya. Timurnya pertigaan Jln. Bendungan Sutami. Kiri jalan kalau dari Barat,” terang Mas Rendi.
Tawaran Mas Rendi itu aku iyakan. Lumayanlah, buat bertahan hidup di dunia yang penuh kemegahan sementara ini.
***
Buku Buku Komunis
Kontrakan Mas Rendi ternyata juga ada di Jln. Jombang, lebih tepatnya di Gang IV. Beda 3 gang dari kosanku. Tiga minggu pasca Aksi Reformasi Dikorupsi, aku diajak ke kosannya. Kosannya sederhana. Ruang tamunya cukup lebar. Cukup jika dipakai rapat anak-anak mahasiswa hingga 50 orang.
Kontrakannya menghadap ke utara. Di tembok depan rumah terdapat papan nama organisasi yang diikuti Mas Rendi. Kelak aku baru tahu kalau Mas Rendi ini ketua dari organisasi tersebut dan kontrakannya adalah Sekretariat organisasinya.
Di ruang tamu tidak ada meja dan kursi, sebab ditata di depan rumah. Sedangkan di dalam rumah ditata karpet warna hijau yang tampak agak unik. Karena banyak lubang-lubang yang kayaknya terkena rokok.
Buku di rak kontrakan itu cukup ramai. Berbagai jenis buku ada di sana. Tapi setelah kuhitung-hitung, banyak buku-buku yang berbau hukum dan politik.
Ada buku To Kill A Mockingbird karya Harper Lee, sebuah novel klasik favoritnya Mas Rendi yang telah mendunia banget, katanya.
“Buku ini menjadi salah satu masterpiece milik Harper Lee. Buku tersebut termasuk sebagai buku paling berpengaruh di dunia, sebab punya cerita bagus tentang sebuah perjuangan pengacara dalam memenangkan sebuah kasus. Kasus itu berlatar belakang Amerika di tahun 1930 ini punya perwakilan seorang tokoh pengacara kulit putih yang membela seorang klien dari kaum kulit hitam.
“Klien tersebut bernama Atticus Finch, pengusaha yang mengalami tuduhan atas penganiyaan gadis kulit putih. Tak hanya itu, perspektif di dalam novel ini pun menarik karena berasal dari Jean, anak kandung dari Finch yang masih berumur enam tahun,” terang Mas Rendi.
Kemudian ada buku Les Misarable karya Victor Hugo. Yaitu buku hukum klasik, sejarah, sekaligus penuh teka-teki. Buku ini bercerita tentang seorang narapidana bernama Jean Valjean yang dapat hukuman karena pencurian roti. Sehingga Psikologis Jean pun sangat dipermainkan, ia penuh dendam dan amarah.
Karl Marx dan Friedrich Engels
Selain buku-buku yang berbau hukum dan politik, ada pula buku-buku tentang isme-isme di dunia. Sederet buku buku Komunis dan artikel Karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels, mulai dari The Condition of the Working Class in England (Engels, 1845), Keluarga Suci (Marx dan Engels, 1845), Tesis Tentang Feuerbach (Marx, 1845), Surat Marx pada P.V. Annenkov (Marx, 1846), Tentang Kongres Den Haag (Marx, 1872), Kemiskinan Filsafat (Marx, 1847), Anggaran Dasar Liga Komunis (Marx dan Engels, 1847).
Kemudian buku yang berjudul Kerja-upahan dan Kapital (Marx, 1847), Penghapusan Hak Milik Tanah (Marx, 1869), Sosialisme Utopis dan Sosialisme Ilmiah (Engels, 1880), Upah Sehari Yang Layak Bagi Kerja Sehari Yang Layak! (Engels, 1881), dan masih banyak lagi.
“Kamu boleh membaca buku-buku yang ada di sini. Tinggal pilih aja. Semaumu,” kata Mas Rendi. [*]
Leave a Reply