Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi

Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi
Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi | freepik.com

Caksyarif.my.id – Apa yang Akan Terjadi Jika Harga Barang Terus Turun (Deflasi)? Coba kita perhatikan pada tahun 2020 awal awal covid mulai banyak benda serta jasa yang biayanya turun, contohnya pada harga penginapan, harga mobil, komoditas semacam batu bara serta minyak, apalagi bahan santapan pokok semacam daging, ayam, serta telur pula biayanya telah mulai turun.

Bisa jadi dahulu kita mikir. Kok harga harga naik terus sih? Berarti ekonomi kita lagi kurang baik ya? Coba jika ekonomi kita bagus tentu harga harga pada murah. Kapan ya harga beberapa barang jadi murah?

Nah saat ini di tahun 2020 kemaren telah mulai peristiwa nih harga- harga telah mulai turun, tetapi apa itu berarti ekonomi lagi bagus? Tidak, malah kebalikannya ekonomi kita lagi turun banget.

Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi. Dalam sudut pandang ekonomi makro fenomena penyusutan harga ini namanya deflasi ataupun biasa diucap pula dengan inflasi negatif. Bagi Stacia E. H. Sitohang deflasi ialah kebalikan dari inflasi, di mana secara universal harga sesuatu benda hadapi penyusutan.

Jadi, jika inflasi kan fenomena peningkatan harga, sebaliknya deflasi ini merupakan fenomena penyusutan harga. Inflasi serta deflasi itu dapat beresiko secara ekonomi apabila kadarnya telah kelewatan keduanya dapat bersama menimbulkan krisis ekonomi meski gejalanya ini bertolak balik.

Contohnya kita dapat amati krisis ekonomi akibat hiperinflasi di Venezuela semenjak tahun 2016 serta krisis ekonomi akibat deflasi parah di Amerika di tahun 1930- an. Loh mengapa ya deflasi dapat menimbulkan krisis ekonomi? Kan bagus dong apabila harga beberapa barang jadi murah!.

Dalam memperhitungkan ekonomi makro kita wajib paham kalau ekonomi itu tidak dapat dilihat dari sudut pandang konsumen saja, tetapi dari sudut pandang produsen pula. Inget, tiap duit yang kita belanjakan merupakan pemasukan untuk orang lain.

Maksudnya apa? Jadi harga- harganya yang terus menjadi murah ini merupakan ciri kalau pemasukan warga terus menjadi menyusut serta apabila perihal ini tidak lekas ditanggulangi, ini dapat berpotensi jadi deflasi spiral yang sangat beresiko.

Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi. Saat sebelum aku bahas lebih jauh tentang akibat serta bahaya deflasi yang kelewatan aku ingin jelasin dahulu nih pangkal perkaranya. Perihal awal yang ingin dipaparkan merupakan mengapa ya harga benda serta jasa itu dapat turun? Apa sih yang membuat para orang dagang terpaksa merendahkan harga benda dagangannya? Penyebabnya itu dapat jadi 2 aspek ini, ialah:

Yang awal merupakan ketersediaan barangnya itu berlebih ataupun biasa diucap dengan oversupply. Aspek kedua merupakan permintaan terhadap benda ataupun jasa itu menyusut ataupun biasa diucap dengan low demand.

Nah yang jelas beresiko itu merupakan aspek yang kedua, ialah menyusutnya permintaan dari konsumen. Penyebabnya dapat jadi macam- macam nih tetapi biasanya diakibatkan sebab energi beli konsumen yang terus menjadi menyusut, penyusutan energi beli konsumen ini dapat dipicu oleh bermacam perihal, ialah:

  • Dapat jadi sebab peredaran duit yang menyudahi gara- gara terdapat kredit utang macet yang skalanya sangat besar semacam yang terjalin di Amerika tahun 2008
  • Dapat pula sebab keadaan sehabis perang semacam yang terjalin di Eropa tahun 1920- an atau
  • Dapat pula gara- gara wabah pandemi semacam sekarang
Baca juga:  Sepiring Nasi Gandul dan Melankolia

Terlepas dari apapun pemicu turunnya energi beli konsumen deflasi itu dapat jadi terus menjadi beresiko apabila telah berganti jadi deflasi spiral.

Dimana pada dikala turunnya energi beli konsumen bisa merangsang lemahnya transaksi perdagangan, perdagangan yang lemah ini, membuat para pengusaha terpaksa merendahkan harga.

Harga yang turun ini, merangsang kerugian untuk owner usaha, kerugian usaha kesimpulannya merangsang PHK massal, PHK massal ini merangsang pengangguran, serta banyaknya pengangguran ini hendak kembali merangsang energi beli konsumen yang terus menjadi menyusut serta seterusnya.

Rantai kausalitas ini dapat terus berbalik terus menjadi parah sehingga namanya diucap dengan deflasi spiral, yang lebih parah lagi apabila penyusutan ekonomi ini merangsang kredit macet baik dalam skala orang, skala industri, apalagi hingga saat ini negeri.

Sebab pasti saja penyusutan transaksi itu efeknya dapat kemana- mana dari penyusutan pemasukan suatu keluarga, penyusutan pendapatan di industri, hingga penyusutan pemasukan pajak di suatu negeri.

Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi. Apabila keadaan ini berlarut larut hingga secara teknis buah negeri dapat hadapi yang namanya resesi, dimana resesi itu diisyarati dengan penyusutan perkembangan GDP ataupun pemasukan dalam negeri bruto hingga ke tingkat negatif sepanjang 2 kuartal berturut- turut.

Ironisnya dampak psikologis yang ditimbulkan pula dapat terus menjadi memperburuk deflasi spiral yang terjalin, di mana warga cenderung menunda berbelanja serta para pengusaha tidak ingin mengambil keputusan keuangan buat menjauhi resiko bisnis.

Deflasi spiral yang terjalin dapat terus menjadi parah, serta puncak dari skenario terburuk deflasi spiral ini merupakan apabila penyusutan harga telah hingga ke industri kebutuhan santapan pokok. Bayangin saja, gimana susahnya para petani, peternak, serta nelayan yang terus merugi sebab harga jual produk mereka murah banget, sampai- sampai mereka memutuskan buat tidak bekerja lagi.

Dalam sebagian permasalahan apalagi terdapat para petani yang mengambil hasil pertanian seadanya buat kebutuhan mereka saja serta sisa hasil panen itu terbakar ataupun dibiarkan membusuk begitu saja.

Sebab ongkos panen serta transportasinya itu dapat jadi lebih mahal daripada harga jual yang telah sangat murah.

Bila tidak terdapat hasil pangan yang dibuat ini dapat merangsang wabah kelaparan di bermacam tempat, semacam yang pernah terjalin kala great depression menyerang Amerika tahun 1930- an. Nah terus saat ini pertanyaannya Apa dong pemecahan yang dapat dilakuin buat menghindari ataupun meredam akibat dari deflasi spiral ini?

Baca juga:  Bisnis Online Kecil Kecilan dengan 7 Langkah Jitu

Kunci sesungguhnya hanya satu ialah transaksi perdagangan ini wajib ditingkatkan lagi biar ekonomi dapat bangkit.

Apabila transaksi perdagangan dapat ditingkatkan secara signifikan ini dapat memutus rantai deflasi spiral, para pengusaha dapat kembali aktif berbisnis, serta para pengangguran dapat kembali memperoleh pekerjaan. Energi beli konsumen naik, serta transaksi perdagangan pula dapat pulih lagi.

Ada pula sebagian pemecahan yang umumnya diupayakan oleh pemerintah buat membangkitkan kembali gairah ekonomi, ialah:

Merendahkan tingkatan suku bunga. Merendahkan tingkatan suku bunga acuan hingga ke tingkat yang sangat rendah, nol, ataupun apalagi negative. Tujuannya apa? biar para pengusaha itu berani buat minjem duit kepada bank buat modal usaha serta kesimpulannya menghasilkan lapangan kerja baru.

Mencetak duit serta salurkan kesektor produktif. Mencetak duit serta uangnya disalurin ke sektor- sektor produktif yang meresap tenaga kerja, ini merupakan kebijakan yang dilakuin pemerintahan Franklin D. Roosevelt di Amerika tahun 1930an buat memerangi Great Depression. Dalam sejarah ekonomi, kebijakan rosevelt ini diketahui dengan nama The New Deal.

Harga Barang Terus Turun dan Resiko Deflasi. Pesan berharga pemerintah. Bank Sentral melaksanakan pembelian terhadap surat- surat berharga di pasar duit semacam obligasi pesan Bank Indonesia serta pesan berharga pasar duit. Dengan membeli surat- surat berharga hingga jumlah duit yang tersebar di perekonomian tuh hendak terus menjadi banyak, kebijakan ini jika di Indonesia itu diketahui dengan nama pembedahan pasar terbuka. Jika di luar negara biasa diketahui dengan sebutan Quantitative Easing.

Merendahkan cadangan minuman kas. Penetapan cadangan minimum ataupun reserve requirement policy ialah dengan merendahkan cadangan minimum kas yang wajib dipadati oleh bank, dengan turunnya cadangan minimum kas yang wajib dipadati oleh bank umum, jadi bank umum dapat menyalurkan lebih banyak duit kepada para peminjam buat modal usaha.

Meringankan tarif pajak. Penyusutan tarif pajak ini dapat membuat warga memiliki lebih banyak duit, dengan lebih banyaknya duit yang dipunyai warga diharapkan perihal tersebut dapat tingkatkan tingkatan mengkonsumsi warga.

Tidak hanya kelima poin yang telah disebutkan, sesungguhnya masih banyak kebijakan lain yang dapat dilakuin semacam tingkatkan kegiatan belanja negeri, menaikan upah minimum, serta lain- lain.

Seluruh tujuannya itu sama ialah buat membangkitkan kembali transaksi ekonomi, lapangan kerja, serta produktivitas yang lebih dahulu lesu. Tetapi pasti saja tidak semudah itu dalam meredam deflasi spiral, resesi, terlebih tekanan mental ekonomi.

Bila salah mengambil kebijakan ataupun salah mengukur takaran bisa- bisa malah mencuat permasalahan baru semacam inflasi yang besar ataupun dapat pula terjalin korupsi anggaran secara besar- besaran.

Oleh sebab itu, kita selaku warga pula wajib memiliki pengetahuan ekonomi yang baik supaya kita dapat lebih teliti dalam membuat keputusan keuangan sekalian dapat mengawal pemerintah secara demokratis dalam membuat keputusan ekonomi yang pas sasaran buat dapat mengatasi permasalahan ini.

Pejalan kaki di Kota Malang