404

Not Found

The resource requested could not be found on this server!


Proudly powered by LiteSpeed Web Server

Please be advised that LiteSpeed Technologies Inc. is not a web hosting company and, as such, has no control over content found on this site.

Makanan Asli Indonesia Hadir dalam World People's Daily Menu?

Makanan Asli Indonesia Hadir dalam World People’s Daily Menu?

Makanan Asli Indonesia Hadir dalam World People's Daily Menu?
Makanan Asli Indonesia Hadir dalam World People's Daily Menu? (Foto: freepik.com)

CAKSYARIF.MY.ID – Tentang makanan asli Indonesia. Tahun kemudian pemerintah meluncurkan program “Indonesia Spice Up The World”. Program itu buat tingkatkan penjualan bumbu serta rempah olahan (bumbu) di pasar internasional.

Selain itu, sekalian mendesak kuliner Indonesia (dengan menargetkan pembukaan 4000 restoran Indonesia di bermacam penjuru dunia) serta bisnis gastronomi Indonesia di luar negara.

Makanan Asli Indonesia dan Strategi Indonesia Spice Up The World

Ini ialah strategi pemerintah Indonesia dalam menaikkan devisa sekalian melaksanakan gastrodiplomasi kepada dunia. Diharapkan Indonesia bisa jadi negeri tempat tujuan wisata kuliner (gastrowisata).

Strategi ini sesungguhnya tidaklah suatu terobosan baru. Thailand telah melaksanakannya semenjak tahun 2002, Korea Selatan semenjak tahun 2009, Malaysia semenjak tahun 2010, Peru semenjak tahun 2011, apalagi Cina telah mengawalinya semenjak tahun 1972 kala Presiden Amerika Serikat Richard Nixon berkunjung ke situ.

Keputusan pemerintah meluncurkan program “Indonesia Spice Up The World” ialah langkah yang sangat baik.

Selaku negeri penghasil bumbu serta mempunyai kuliner yang dapat disejajarkan dengan kuliner- kuliner lain di dunia, Indonesia wajib memiliki kebijakan buat meningkatkan pasar bumbu serta bumbu dan gastrodiplomasi kepada dunia.

Jika kita mencermati kembali program “Indonesia Spice Up The World”, interpretasi yang pas terhadap kebijakan tersebut tidaklah pada ‘menduniakan kuliner Indonesia’, melainkan pada ‘menjadikan kuliner Indonesia timbul dalam menu tiap hari warga dunia’.

Contohnya saja, jika pemerintah Indonesia mau mendesak pangsa pasar internasional kecap manis, pasti yang di idamkan merupakan supaya pula dibeli oleh warga dunia. Tetapi, gimana mereka hingga memutuskan membeli kecap manis, jika tidak ketahui gimana memakainya?

Apakah kita berharap mereka membelinya cuma buat ‘membeli’? Jika begini, misi Indonesia menduniakan kulinernya pasti tidak hendak tercapai. Lagipula, kecap manis hendak lebih optimal (cocok gunanya) jika digunakan buat membuat masakan Indonesia.

Jadi, usaha pemerintah memperluas pasar bumbu serta bumbu tidak hendak berhasil, bila tidak dibarengi dengan usaha mempromosikan kulinernya.

Targetnya juga hendaknya bukan cuma buat disantap di restoran Indonesia, melainkan pula buat terbuat di rumah mereka. Buat merealisasikannya, pemerintah Indonesia pasti wajib menggandeng diaspora.

Untuk diaspora Indonesia, program “Indonesia Spice Up The World” bak pucuk dicinta ulam datang. Demikian pula untuk Indonesian Diaspora Network Global ataupun IDN Global, yang memanglah salah satu misinya berfokus pada promosi kuliner Indonesia.

Sebagian hari yang kemudian, melalui program working group kuliner “Diskusi Interaktif Diaspora Seri Gastrodiplomasi”, mereka menyelenggarakan suatu webinar, menyuguhkan tema dialog “Kedudukan Diaspora Dalam Gastrodiplomasi Indonesia”, serta mendatangkan Menteri Parekraf Sandiaga Uno, Robert Manan (pendiri Indonesia Culinary Institute), Indra Kataren (pendiri Adi Gastronom Indonesia), serta Budiono Sukim (MasterChef The Professionals 2021, UK).

Dalam webinar tersebut, President IDN Global Kartini Sarsilaningsih mengantarkan kalau diaspora Indonesia ialah duta- duta yang senantiasa dapat diandalkan buat melaksanakan promosi kuliner Indonesia.

Baca juga:  Bisnis Online yang Cocok untuk Mahasiswa Baru 2022

Ini sesungguhnya telah mereka jalani, lewat restoran yang mereka buka, produk yang mereka impor dari Indonesia, workshop yang mereka buat, tercantum jamuan makan yang mereka suguhkan kepada rekan kerja mereka. Maksudnya, tanpa disadari, mereka sudah melaksanakan gastrodiplomasi di tempat mereka tinggal.

Gastrodisplomasi merupakan strategi yang profesional buat memperkenalkan budaya suatu negeri. Italia merupakan contoh salah satu negeri yang berhasil.

Jika Italia dapat, Indonesia pasti pula dapat. Tetapi, Indonesia wajib memiliki strategi yang pas serta kerja sama yang kokoh, paling utama dengan diasporanya.

Dalam perihal ini, IDN Global ialah wadah diaspora, yang bekerja secara global, yang hasil kerjanya pasti hendak lebih optimal. Terlebih telah terdapat kerja sama langsung dengan pemerintah wilayah. Ini berarti, karena tiap wilayah mempunyai keunikan serta itu ialah kekuatan sekalian peninggalan Indonesia.

Telah sepanjang mana kekuatan gastrodiplomasi Indonesia dikala ini?

Indra Kataren menarangkan kalau kekayaan kuliner Indonesia, paling utama dalam perihal bumbu serta bumbu, luar biasa; kedua terbanyak di dunia. Hendak namun, belum dimanfaatkan secara sungguh- sungguh.

Di Indonesia terminologi gastrodiplomasi saja baru diketahui tahun 2012. Pemakaian sebutan kuliner serta gastronomi pun masih bercampur-campur.

Kata kuliner (dari bahasa latin culinarius serta culina ‘memasak’ serta ‘masakan’), dalam makna yang luas, merujuk pada ‘keahlian serta kreativitas pada dikala membuat masakan’, yang berkaitan dengan praktek serta bukti diri budaya warga yang memilikinya.

Sedangkan gastronomi (dari kata gastro ‘perut’ ataupun ‘santapan’ serta nomos ‘ketentuan’ serta ‘ilmu pengetahuan’) merujuk pada ‘ilmu pengetahuan ataupun riset tentang santapan’ (tercantum minuman).

Sebutan gastrodiplomasi timbul sehabis Thailand meluncurkan program “Thai Kitchen Of The World”. Tetapi, Paul Rockower- lah yang membuat sebutan tersebut jadi terkenal.

Bagi definisi Paul Rockower, gastrodiplomasi merujuk pada ‘aktivitas satu pemerintah buat tingkatkan nilai serta posisi national brand mereka lewat santapan’.

Gastrodiplomasi ialah suatu strategi yang profesional. Indonesia Culinary Institute sudah melaksanakan banyak perihal buat menduniakan makanan asli Indonesia.

Sayangnya, pemerintah Indonesia belum mempunyai format yang jelas serta terstruktur di dalam kerangka kerjanya. Masih dijalankan sendiri-sendiri, apalagi durasinya juga kadangkala masih sebatas pada masa jabatan pimpinannya. Misalnya, aktivitas ini sering dicoba paling utama oleh Kementrian Luar Negeri (lewat perwakilan pemerintah di luar negara).

Di samping itu, pemerintah pusat serta wilayah dan warga Indonesia sendiri masih berpikir kalau kuliner cuma sebatas formula, chef, serta nama restoran, sementara itu di dalamnya tercantum elemen sejarah, tradisi, serta budaya. Tidak hanya itu, yang kerap ditampilkan cuma masakan yang itu- itu saja, sementara itu keragaman kuliner Indonesia sangat luas.

Indonesia pula belum memiliki strategi yang jitu dalam melaksanakan gastrodiplomasi. Walaupun aktivitas gastrodiplomasi telah dijalankan telah lama, belum tercipta gambaran warga dunia tentang Indonesia serta kulinernya.

Baca juga:  Kamu Ikut Kegiatan Magang, Ini 6 Manfaat Yang Akan Didapatkan

Bandingkan dengan negeri yang sudah berhasil membentuk gambaran itu, misalnya Thailand= Tom Yam, Korea= Kimchi, Italia= Pasta. Bukan cuma gambaran, namun pula devisa yang besar.

Bisakah program “Indonesia Spice Up The World” diandalkan?

Program “Indonesia Spice Up The World” berfokus utama pada ekspor bumbu serta bumbu, utamanya lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, vanila, serta kecap manis. Dari mari diharapkan hendak terbentuk gambaran makanan asli Indonesia yang kaya rempah.

Bertepatan dengan program itu, ditargetkan pembukaan 4000 restoran Indonesia di bermacam penjuru dunia, menjagokan 5 masakan: rendang, soto ayam, gado-gado, nasi goreng, serta sate.

Tetapi, program saja tidak lumayan. Pemerintah Indonesia wajib melaksanakan banyak perihal. Yang utama merupakan supaya program ini berkepanjangan serta kualitas bumbu, bumbu, dan santapan haruslah bermutu besar.

Pihak Kemenparekraf sendiri sudah mencatat hambatan yang dialami restoran Indonesia di luar negara, semacam akses terhadap bumbu (yang terbatas serta mahal). Pasar yang kecil di luar negara menimbulkan harga jadi mahal. Gimana penyelesaiannya? Apakah program “Indonesia Spice Up The World” merupakan jawabannya? Tetapi, bila targetnya cuma diaspora Indonesia, tidak hendak terjalin pergantian apapun.

Kita pasti berharap kalau program “Indonesia Spice Up The World” memanglah bener- benar dirancang buat warga dunia. Buat menyukseskannya, wajib disosialisasikan kepada diaspora Indonesia.

Kuliner Indonesia wajib dipromosikan dengan baik: lezat serta bermutu. Tidak cuma rendang, soto ayam, gado-gado, nasi goreng, serta sate.

Semur bisa jadi dapat jadi alternatif, terlebih buat memasaknya digunakan lada, pala, cengkeh, serta kecap. Buatlah pula video-video metode memasaknya dengan bahasa setempat.

Semacam yang di informasikan Menparekraf Sandiaga Uno: “dari lidah turun ke hati, dari hati naik ke kepala, dari kepala turun ke dompet”.

Jika orang berupaya santapan yang lezat, ia hendak puas, kemudian jatuh hati. Jika telah jatuh hati, ia bersedia menghasilkan duit buat mendapatkannya (berangkat ke restoran, apalagi ke tempat asal). Selanjutnya, ia hendak berupaya memasaknya di rumah, menjadikannya selaku salah satu menu setiap hari.

Dari pihak pemerintah, diharapkan mendesak diaspora yang terjun ke dalam bisnis kuliner, dengan mengajak investor baru, membagikan tawaran pinjaman lunak, serta dorongan dari ahli kuliner di dalam negeri. Semacam yang di informasikan Chef Budiono Sukim, Indonesia tidak kalah dengan Thailand, Vietnam, ataupun Jepang, namun promosi haruslah berskala besar.

Tetapi, sosialisasi serta sokongan bukan cuma diberikan kepada diaspora, yang memanglah jadi pintu Indonesia, melainkan pula kepada warga Indonesia sendiri, supaya mempunyai konsep yang sama serta aktivitas terintegrasi, sebab terdapat misi lain, ialah gastrowisata. Makanan Asli Indonesia diharapkan semakin terkenal di dunia Internasional.

_____________________________

Sumber: kompasiana.com, “Mampukah Kuliner Indonesia Hadir dalam Menu Sehari-hari Masyarakat Dunia?”

Pejalan kaki di Kota Malang